Sabtu, 16 November 2013

Jurnal Prilaku konsumen dalam pembelian dan Analisis kesimpulan

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN
PRODUK SAYURAN DI PASAR MODERN KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN
Mengingat begitu penting manfaat sayuran bagi konsumen, maka komoditas ini
memiliki nilai ekonomi yang besar bagi sektor agribisnis. Sayuran perlu dikonsumsi setiap hari
oleh konsumen, untuk memelihara fungsi tubuh secara sehat, sehingga ketersediaan dan
penawaran sayuran di pasar merupakan peluang bagi petani, pengelola pasar, dan pedagang
sayuran.
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia memiliki hubungan yang sejalan dengan
peningkatan konsumsi sayuran di Indonesia. Menurut BPS (2005), diperoleh keterangan bahwa
frekuensi konsumsi atau makan sayuran di kota-kota besar tidak begitu mengalami penurunan.
Hal ini karena adanya daya beli konsumsi masyarakat cukup tinggi terhadap sayuran. Dengan
demikian jelaslah bahwa mutu dan kesegaran sayuran sangat menentukan harganya. Padahal
seperti produk hortikultura yang lain, sayuran sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun dan bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali.
Hal ini berarti pasar harus selalu dipasok sayuran segar setiap hari. (Rahardi F., Rony
Palungkun, dan Asiani Budiarti, 1999)
Peluang pemasaran sayuran saat ini adalah pasar swalayan, supermarket dan outlet
khusus yang merupakan pasar modern yang menjual sayuran segar dimana konsumen kelas
menengah ke atas sebagai pasar sasaran yang akan dituju, yang biasa membeli kebutuhan
mereka berupa sayuran. Sayuran tersebut dijual dengan harga yang relative mahal dibandingkan
dengan yang ada di pasar tradisional. Namun ada sebagian konsumen yang memilih untuk
membeli sayuran di pasar modern seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan
pengetahuan, serta pertukaran dan motif berbelanja lainnya.
Hal menarik lainnya adalah meskipun saat ini produk sayuran semakin tersedia di
berbagai tempat berbelanja, namun penjualannya belum terlalu meningkat. Produsen maupun
pemasar perlu memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen dan hal-hal apa saja
yang mempengaruhi atau dipertimbangkan selama pembelian sayuran itu dilakukan. Perilaku
konsumen yang membeli produk sayuran ini menarik untuk diteliti, tentang bagaimana alasan,
jenis produk sayuran yang dibeli, jumlah frekuensi pembelian, dan sebagainya. Untuk keperluan
ini maka menjadi penting untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Perilaku Konsumen
Dalam Membeli Produk Sayuran di Pasar Modern.

II. PENDEKATAN MASALAH
Dewasa ini terjadi perubahan nilai pada konsumen yang mempengaruhi perilaku dalam
membeli suatu produk pertanian. Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kaitan
kesehatan dan kebugaran dengan konsumsi makanan, telah meningkatkan tuntutan konsumen
akan kandungan nutrisi dari produk-produk yang sehat, aman dan menunjang kebugaran
(Widiyanti, 2005). Sayuran termasuk sumber pangan yang mengalami peningkatan permintaan.
Hal ini dimanfaatkan oleh produsen untuk memproduksi sayuran yang aman bagi kesehatan
yang disalurkan secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen akhir melalui
penjualan di pasar swalayan, outlet dan supermarket.
Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan sebagai berikut : pengenalan masalah
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen terdiri
dari faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis (J. Setiadi, 2005).
 
III. PROSEDUR DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pengumpulan dan Sumber Data
Penelitian ini dilaksanakan pada empat lokasi yang termasuk pasar modern di Kota
Bekasi. Pasar modern yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Supermarket Naga, Pondok
Ungu, Superindo, Hypermarket (Grand Mall), dan Alfa Supermarket (Harapan Indah).
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan: (1) Konsumen
yang mengkonsumsi sayuran adalah konsumen kelas menengah ke atas yang relatif banyak
tinggal di dekat lokasi ini, (2) Alasan utama pemilihan pasar modern tersebut dikarenakan
produk sayuran tersedia disana (3) Kualitas produk relatif lebih baik dan suasana berbelanja
nyaman.
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang merupakan teknik
penarikan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel
dengan tujuan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, jenis
instrumen yang digunakan, biaya dan waktu. Metode pengumpulan data dilakukan secara survai
melalui teknik wawancara. Responden yang dipilih adalah konsumen yang sedang membeli,
telah membeli, dan pernah membeli sayuran di pasar modern.
Menurut Hair Jr., dkk dalam Lerbin R. Aritonang R (2005) khususnya mengenai
analisis faktor pada umumnya lebih disukai 100 subyek atau lebih, maka dipilih hanya 100
responden untuk diwawancarai dengan perincian: Naga Supermarket (Pondok Ungu) sebanyak
25 responden, Superindo 25 responden, Hypermarket (Grand Mall) 25 responden, Alfa
Supermarket (Harapan Indah) 25 responden.

3.2. Metode dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan merupakan data ordinal sehingga untuk menaikkan tingkat
pengukuran menjadi interval digunakan Methode of Successive Interval.
Analisis Deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang (1) karakteristik
responden dan (2) jenis komoditi yang paling diinginkan oleh responden dan digunakan untuk
analisis bagi variabel yang dinyatakan dengan frekuensi baik angka mutlak maupun persentase.
Analisis Faktor digunakan untuk mentransformasi sejumlah variabel dependen menjadi
variabel baru yang saling bebas, sehingga dapat diketahui variabel dan faktor-faktor dominan
diantara varabel-variabel yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan metode ekstraksi Principal Component Analysis, yaitu
suatu pendekatan dalam analisis faktor yang memperhitungkan total varian dalam data.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Umum Konsumen Sayuran di Pasar Modern
Karakteristik umum konsumen sayuran yang diambil sebagai responden dalam
penelitian ini didasarkan atas jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan pekerjaan.
Berdasarkan jenis kelamin, responden sebagian besar adalah wanita 89 orang (89%),
sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 11 orang (11%). Wanita lebih
dominan dibandingkan pria dalam membeli sayuran, karena dalam hal ini wanita lebih memiliki
pengetahuan tentang kebutuhan rumah tangga sedangkan kebanyakan pria sibuk untuk mencari
nafkah bagi keluarganya.
Karakteristik berdasarkan usia, sebagian besar merupakan responden yang memiliki
selang usia 26-35 tahun (41%). Persentase terbesar kedua merupakan kaum dewasa dengan usia
36-45 tahun (34%) dan kaum remaja dengan usia 15-25 tahun berada pada urutan ketiga (25%).
Secara keseluruhan, pembeli sayuran didominasi oleh ibu-ibu muda yang mulai memperhatikan
kesehatan keluarganya.
Status pernikahan responden sayuran sebagian besar adalah telah menikah 73 orang
(73%), sedangkan yang belum menikah yaitu sebesar 27 orang (27%), karena responden
menyatakan bahwa orang yang sudah berumah tangga harus memberikan makanan yang sehat
dan bersih bagi keluarganya.
Jumlah anggota keluarga responden sebanyak 1-4 orang (67%) dan lebih dari 4 orang
(33%). Sebagian besar konsumen memiliki jumlah keluarga yang tidak lebih dari empat
sehingga, konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga cukup memadai khususnya
dalam mengkonsumsi sayuran.
Berdasarkan dari tingkat pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan responden,
kebanyakan berpenghasilan per bulan Rp 2.000.000,- - Rp 3.000.000,- sebanyak 46 responden.
Untuk pendapatan perbulan sangat mempengaruhi mereka dalam membeli sayuran di pasar
modern karena sebagian besar responden yang berbelanja sayuran di pasar modern menyatakan
mampu berbelanja sayuran walaupun tidak rutin setiap hari dalam berbelanjanya.
Pendidikan terakhir responden sebagian besar lulusan Diploma yang berperan sebagai
ibu rumah tangga. Tingkat pendidikan secara relatif juga mendorong seseorang untuk memiliki
gaya hidup yang lebih baik, lebih sehat dan lebih berkualitas. Dilihat dari pendidikan, pembeli
sayuran adalah mereka dengan pendidikan yang relatif baik dan berasal dari golongan
menengah ke atas.Pekerjaan utama dari responden adalah sebagai ibu rumah tangga. Perbedaan karakteristik relatif pembeli seperti tingkat pendidikan, pekerjaan utama serta pendapatan keluarga perbulan sangat mempengaruhi sikap pembeli dalam proses pembelian sayuran.
 
4.2. Perilaku Berbelanja Sayuran di Pasar Modern
Berdasarkan frekuensi pembelian mayoritas responden berbelanja sayuran dilakukan
sesekali bilamana ada keperluan. Selebihnya konsumen dalam melakukan pembelian dilakukan
secara rutin. Sesekali bilamana ada keperluan merupakan frekuensi berbelanja sayuran yang
sebagian konsumen tidak secara rutin membeli produk sayuran karena kenyataan di lapangan
memperlihatkan bahwa responden yang memutuskan pembelian tergantung pada situasi dimana
persediaan barang kebutuhan di rumah sudah habis dan berniat membeli sayuran ketika
persediaan habis.
Konsumen pada saat membeli sayuran mengaku tidak keberatan membayar lebih karena
harga sayuran di pasar modern sepadan dengan mutu dan kebersihannya yang dapat diperoleh
dalam jangka waktu yang lama, sebagian besar konsumen menghabiskan uang sebesar Rp
25.000-Rp 50.000. Pengeluaran tersebut terjadi karena responden membeli untuk kebutuhan
harian untuk keluarga dan dari pendapatan keluarga per bulan.
Dalam membeli produk sayuran konsumen mempunyai selera yang berbeda-beda dalam
memilih sayuran yang diinginkan. Ada beberapa jenis sayuran yang diminati oleh konsumen
untuk dijadikan masakan. Jenis komoditas yang masuk dalam kategori lima besar sayuran yang
diinginkan atau dibeli oleh responden, seperti bayam hijau, brokoli, wortel, jagung manis dan
sawi putih. Hal ini membuktikan bahwa jenis komoditas yang diminati oleh konsumen
merupakan jenis sayuran yang memiliki kandungan vitamin yang baik untuk kesehatan keluarga
dan responden lebih menyukai sayuran tersebut karena kesegarannya lebih terlihat, selain itu
membersihkannya tidak terlalu merepotkan. Sebagian besar responden menyatakan bahwa jenis
produk sayuran tersebut dapat digunakan untuk campuran masakan lainnya.
Responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk yang akan dibeli responden
adalah penampakannya segar untuk menghasilkan produk yang segar harus dimulai dari kualitas
sayuran yang paling baik sehingga kesegarannya terjamin. Responden dalam membeli sayuran
juga akan mempertimbangkan harganya walaupun tidak secermat dalam memperhitungkan
membeli produk lainnya. Bila harga sayuran terlalu mahal, maka responden akan beralih kepada
produk yang lain.
 
menunjukkan proporsi keragaman yang harus dipertahankan, ditentukan oleh
akumulasi proporsi yang diperhitungkan, yaitu lebih dari 70% (J. Supranto, 2004). Memiliki
nilai communality terbesar, merupakan actor dominan yang dipertimbangkan konsumen
dalam proses pembelian sayuran di pasar modern. Faktor tersebut adalah keadaan ekonomi,
kelompok referensi, pekerjaan, usia dan tahap siklus hidup, peran dan status.
Keadaan ekonomi merupakan faktor dominan teratas yang dipertimbangkan konsumen.
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk yang berkaitan erat dengan
pendapatan konsumen.
Kelompok referensi merupakan faktor yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseorang untuk memilih suatu produk. Konsumen juga dapat mempertimbangkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang berharga dan memberikan informasi kepada konsumen dalam
proses keputusan pembelian sayuran. Kelompok referensi ini memberikan pendapat berbagai
nilai dan kepercayaan mengenai manfaat dan jaminan keaslian sayuran yang akan dibeli.
Kelompok referensi mempunyai pengaruh langsung seperti keluarga, teman, tetangga, rekan
kerja ataupun kelompok dengan pengaruh tidak langsung seperti keagamaan, pekerjaan dan
perdagangan.
Pekerjaan seseorang juga sangat mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen dengan
tingkat pendapatan tinggi lebih memilih membeli sayuran di supermarket karena menjamin
kualitas, bersih dan aman.
Faktor usia dan tahap siklus hidup merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan
konsumen dalam proses pembelian sayuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen
terbanyak yang membeli sayuran merupakan ibu rumah tangga yang menginginkan kebersihan
dan kemanan bagi kesehatan keluarganya. Dalam hal ini umur dan tahap siklus hidup
berpengaruh pada pola konsumsi seseorang dalam keluarga.
Faktor peran dan status merupakan suatu kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang dan setiap peran memiliki status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok
sepanjang hidupnya berkeluarga,menunjukkan proporsi keragaman yang harus dipertahankan, ditentukan oleh
akumulasi proporsi yang diperhitungkan, yaitu lebih dari 70% (J. Supranto, 2004). Memiliki
nilai communality terbesar, merupakan actor dominan yang dipertimbangkan konsumen
dalam proses pembelian sayuran di pasar modern. Faktor tersebut adalah keadaan ekonomi,
kelompok referensi, pekerjaan, usia dan tahap siklus hidup, peran dan status.
Keadaan ekonomi merupakan faktor dominan teratas yang dipertimbangkan konsumen.
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk yang berkaitan erat dengan
pendapatan konsumen.
Kelompok referensi merupakan faktor yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseorang untuk memilih suatu produk. Konsumen juga dapat mempertimbangkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang berharga dan memberikan informasi kepada konsumen dalam
proses keputusan pembelian sayuran. Kelompok referensi ini memberikan pendapat berbagai
nilai dan kepercayaan mengenai manfaat dan jaminan keaslian sayuran yang akan dibeli.
Kelompok referensi mempunyai pengaruh langsung seperti keluarga, teman, tetangga, rekan
kerja ataupun kelompok dengan pengaruh tidak langsung seperti keagamaan, pekerjaan dan
perdagangan.
Pekerjaan seseorang juga sangat mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen dengan
tingkat pendapatan tinggi lebih memilih membeli sayuran di supermarket karena menjamin
kualitas, bersih dan aman.
Faktor usia dan tahap siklus hidup merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan
konsumen dalam proses pembelian sayuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen
terbanyak yang membeli sayuran merupakan ibu rumah tangga yang menginginkan kebersihan
dan kemanan bagi kesehatan keluarganya. Dalam hal ini umur dan tahap siklus hidup
berpengaruh pada pola konsumsi seseorang dalam keluarga.
Faktor peran dan status merupakan suatu kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang dan setiap peran memiliki status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok
sepanjang hidupnya berkeluarga, menunjukkan proporsi keragaman yang harus dipertahankan, ditentukan oleh
akumulasi proporsi yang diperhitungkan, yaitu lebih dari 70% (J. Supranto, 2004). Memiliki
nilai communality terbesar, merupakan actor dominan yang dipertimbangkan konsumen
dalam proses pembelian sayuran di pasar modern. Faktor tersebut adalah keadaan ekonomi,
kelompok referensi, pekerjaan, usia dan tahap siklus hidup, peran dan status.
Keadaan ekonomi merupakan faktor dominan teratas yang dipertimbangkan konsumen.
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk yang berkaitan erat dengan
pendapatan konsumen.
Kelompok referensi merupakan faktor yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseorang untuk memilih suatu produk. Konsumen juga dapat mempertimbangkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang berharga dan memberikan informasi kepada konsumen dalam
proses keputusan pembelian sayuran. Kelompok referensi ini memberikan pendapat berbagai
nilai dan kepercayaan mengenai manfaat dan jaminan keaslian sayuran yang akan dibeli.
Kelompok referensi mempunyai pengaruh langsung seperti keluarga, teman, tetangga, rekan
kerja ataupun kelompok dengan pengaruh tidak langsung seperti keagamaan, pekerjaan dan
perdagangan.
Pekerjaan seseorang juga sangat mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen dengan
tingkat pendapatan tinggi lebih memilih membeli sayuran di supermarket karena menjamin
kualitas, bersih dan aman.
Faktor usia dan tahap siklus hidup merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan
konsumen dalam proses pembelian sayuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen
terbanyak yang membeli sayuran merupakan ibu rumah tangga yang menginginkan kebersihan
dan kemanan bagi kesehatan keluarganya. Dalam hal ini umur dan tahap siklus hidup
berpengaruh pada pola konsumsi seseorang dalam keluarga.
Faktor peran dan status merupakan suatu kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang dan setiap peran memiliki status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok
sepanjang hidupnya berkeluarga, club, organisasi. Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat
dilihat dari peran dan statusnya.

4.4. Analisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi dalam proses pembelian

Hasil analisis faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis
menghasilkan output yang merupakan reduksi data. Dalam penelitian ini, terdapat 15 faktor
yang dimasukan dalam analisis faktor. Kemudian faktor-faktor tersebut di reduksi menjadi 4
faktor (komponen utama).
Pengelompokan faktor-faktor ke dalam komponen utama didasarkan pada angka mutlak
terbesar dari nilai korelasi (nilai loading) yang diberikan setiap faktor terhadap masing-masing 
komponen utama, yang diketahui dari Rotated Component Matrix. Berdasarkan matriks
tersebut, diketahui bahwa ada salah satu variabel yang tidak dapat dikelompokan kedalam
keempat komponen utama yang terbentuk. Salah satu variabel tersebut adalah variabel kultur
(X1) yang memiliki nilai korelasi di bawah cut off point 0,55 yang merupakan nilai pembatas
agar sebuah variabel dapat secara nyata termasuk sebuah faktor (Singgih Santoso, 2006).

4.4.1. Komponen utama pribadi

Komponen utama pribadi adalah pekerjaan. Pembelian sayuran di pasar modern dapat
ditunjang dengan pekerjaan responden yang memadai, sehingga pekerjaan menjadi variabel
yang dominan dipertimbangkan dalam berperilaku pembelian konsumen.
Komponen utama kedua yaitu peran dan status ternyata dapat mempengaruhi responden
dalam membeli sayuran di pasar modern yang dipengaruhi oleh suatu kedudukan atau posisi
dalam keluarga, kelompok dan organisasi.
Komponen ketiga adalah usia dan tahap siklus. Faktor ini menyatakan usia dan tahap
siklus hidup mempengaruhi perilaku karena sayuran yang dijual aman, bersih untuk dikonsumsi
bagi kesehatan. Semakin bertambah usia seseorang kondisi fisiknya akan semakin menurun
akan tetapi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan akan semakin meningkat.
Komponen keempat adalah pembelajaran. Konsumen memperoleh berbagai
pengalamannya dalam pembelian produk dan merek produk apa yang disukainya. Konsumen
akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalaman masa lalu. Dalam mengkonsumsi produk
pun konsumsi akan mempertimbangkan keuntungan dan manfaat yang bisa diperoleh, oleh
karena itu kualitas produk sangat menentukan apakah konsumen akan memberikan respon

4.4.2. Komponen utama sosial

Komponen utama sosial disusun oleh 4 variabel yaitu keluarga, gaya hidup, kelompok
referensi, demografi. Variabel pertama yaitu keluarga sangat mempengaruhi pembelian karena
dalam membeli suatu produk, anggota keluarga mempunyai keinginan yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena pola konsumsi keluarga yang berbeda dan harus melibatkan dukungan
anggota keluarga. Kedua, gaya hidup merupakan identitas kelompok, dimana gaya hidup
mengalamai perubahan dalam pembelian dari kebiasaan, selera dan perilaku pembelian. Hal ini
dapat dilihat dari pendapatan yang paling tinggi dan harga diri yang tinggi, sehingga mereka
membeli produk untuk mencapai yang terbaik dalam hidup. Ketiga, adalah adanya kelompok
referensi yang mendapat pengaruh dari teman, keluarga ataupun penjual dalam membeli sayuran
yang ada di pasar modern. Keempat, adalah demografi yang merupakan dasar paling mudah
untuk membuat segmen pasar. Salah satu alasannya adalah kebutuhan konsumen, keinginan dan
tingkat penggunaannya 

4.4.3. Komponen utama psikologi

Variabel kepribadian merupakan variabel pertama dan merupakan pola perilaku yang
konsisten dan bertahan lama. Variabel ini bersifat lebih dalam daripada gaya hidup, sehingga
variabel kepribadian sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Persepsi adalah
variabel kedua dan ternyata konsumen cenderung untuk membentuk citra produk yang
didasarkan pada inferensi mereka yang diperoleh dari pemasaran dan lingkungan. Persepsi dapat
dilihat dari pengenalan atas objek, jelas, gerakan, intensitas, dan aroma yang merupakan
petunjuk yang mempengaruhinya. Motivasi adalah variabel ketiga dan sebagian besar
responden menyatakan bahwa mereka memiliki motivasi yang relatif kuat untuk mengkonsumsi
sayuran organik yang terdapat di pasar modern. Motivasi ini dirasakan konsumen yang sadar
akan kesehatan dan kebersihan terhadap sayuran. Keyakinan adalah variabel keempat. Melalui
belajar dan bertindak, orang akan mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan yang ada
dalam pikiran orang-orang tentang produk dan jasa mereka, sehingga membentuk citra produk
dan merek dan orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut

4.4.4. Komponen utama budaya

Variabel pertama adalah keadaan ekonomi. Dalam pemilihan produk sangat dipengaruhi
oleh keadaan ekonomi yang dilihat dari pendapatan. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan
yang dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), pemasaran barang-barang yang peka
terhadap harga harus terus memperhatikan tren penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat
bunga. Variabel kedua merupakan kelas sosial. hal ini mencerminkan penghasilan atau
pendapatan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal Motivasi merupakan alasan pertama kali yang mendorong responden tertarik untuk
membeli sayuran di pasar modern karena lebih nyaman, bersih, dan sebagian responden tidak
hanya berbelanja sayuran, tetapi barang lainnya.
Persepsi merupakan penilaian konsumen yang dilakukan konsumen sebelum membeli
sayuran yang dilihat dari harga, kualitas, kebersihan dan kesegaran yang membuat
pertimbangan nilai yang terbaik sehingga konsumen memiliki criteria dalam menilai pilihan
yang akan dibeli.
Keyakinan merupakan suatu pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Bahwa
keyakinan yang ada dalam pikiran orang tentang suatu produk dan jasa yang dimiliki seseorang
akan membentuk suatu citra produk dan merek, dimana akan membentuk sikap seseorang yang
berupa suatu pola yang konsisten untuk berubah.
Keadaan ekonomi konsumen dengan tingkat pendapatan tinggi lebih memilih tempat
berbelanja yang lebih baik untuk mendapatkan sayuran yang berkualitas baik. Harga adalah
atribut yang dipertimbangkan konsumen karena berkaitan dengan pendapatan sehingga
memiliki daya beli yang cukup tinggi.
Kepribadian merupakan salah satu faktor penting yang berupa kebiasaan masingmasing
individu yang memiliki pendirian bahwa sayuran di pasar modern memiliki jaminan
kualitas, rasa nyaman dalam berbelanja dan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen.

Kesimpulan
1. Karakteristik konsumen dalam membeli produk sayuran mayoritas responden (89%)
adalah wanita, yang berusia antara 26035 tahun (41%) yang berstatus pernikahan telah
menikah (73%), pada umumnya berpendidikan Sarjana dan Diploma (75%), yang
berperan sebagai ibu rumah tangga (43%), yang memiliki pendapatan perbulan antara Rp
2.000.000 – Rp 3.000.000 (46%), dengan jumlah anggota keluarga 1-4 orang (67%).
2. Dalam perilaku berbelanja sayuran di pasar modern menunjukkan bahwa jenis sayuran
yang diinginkan/diminati konsumen yang masuk dalam lima besar ini adalah bayam
hijau, brokoli, wortel, jagung manis, dan sawi putih. Frekuensi berbelanja konsumen
dilakukan sesekali bilamana ada keperluan (45%) dengan jumlah pengeluaran setiap kali
membeli sayuran antara RP 25.000 – Rp 50.000 (37%) responden.
3. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan dalam proses
pembelian sayuran adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor
psikologi. Variabel-variabel dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan
konsumen dalam proses pembelian adalah keluarga, kelompok referensi, usia dan tahap
siklus hidup, pekerjaan, pembelajaran, peran dan status, kepribadian, motivasi, persepsi,
demografi, gaya hidup, kelas social, keadaan ekonomi dan keyakinan.
 



Journal Segmentasi Pasar serta analisis dan kesimpulan

ANALISIS SEGMENTASI PASAR PELAYANAN KESEHATAN DI RSIA SITI FATIMAH MAKASSAR TAHUN 2011 MARKET SEGMENTATION ANALYSIS OF HEALTH SERVICE IN SITI FATIMAH HOSPITAL, MAKASSAR 2011 Suci Rahmadani, Nurhayani, Balqis, Alwy Arifin BagianAdministrasi dan Kebijakan KesehatanFKM Unhas.


Pendahuluan
Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan, Persaingan antar rumah sakit semakin keras untuk merebut pasar yang semakin terbuka bebas.Rumah sakit perlu memahami secara tepat kebutuhan dan harapan pengguna jasa sehingga nantinya mampu menyajikan pelayanan kesehatan yang menarik dan memuaskan pelanggan.Namun pengguna jasa layanan kesehatan memiliki karakteristik yang sangat heterogen. Rumah sakit akan kesulitan dalam menyajikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna jasa layanan dalam pasar yang heterogen. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka rumah sakit perlu mensegmentasikan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen.Selanjutnya rumah sakit menetapkan pasar sasaran utama yang paling sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh rumah sakit itu sendiri.Segmentasi pasar mempunyai tujuan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan,memastikan retensi pelanggan dan loyalitas pelanggan.Segmentasi memberikan peluang bagi perusahaan untuk menyesuaikan produk atau jasa dengan permintaan pembelian secara efektif. Dewasa ini banyak rumah sakit yang telah melaksanakan pemasaran sasaran. Seperti hasil penelitian Mangopo, dkk (2005) menemukan bahwa Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta telah menetapkan 115 instansi/perusahaan sebagai salah satu pasar sasarannya, dan telah menghasilkan peningkatan angka kunjungan pasien yang signifikan dari sejumlah 1.881 kunjungan pada tahun 2002 menjadi 2.173 kunjungan pada tahun 2004.
Berdasarkan data kunjungan pasien di RSIA Siti Fatimah Makassar dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terlihat berfluktuasi yakni tahun 2008 sejumlah 3.110 orang, tahun 2009 sejumlah 5.682 orang, dan tahun 2010 sejumlah 4.477 orang. Jumlah kunjungan pasien rawat inap yang berfluktuasi
memberikan asumsi bahwa strategi pemasaran RSIA Siti Fatimah Makassar belum dirumuskan secara tepat. Pertama, karena penurunan jumlah kunjungan memberikan indikasi adanya ketidakpuasan pelanggan, dan hal ini terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan atau harapan pelanggan tidak dapat dipenuhi (Supriyanto & Ernawaty, 2010). Mengingat pasar pelayanan kesehatan rumah sakit sangat heterogen dimana keinginan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan tidak sama. Kondisi ini akan sangat menyulitkan bagi rumah sakit dalam menentukan jenis pelayanan kesehatan mana dan kepada golongan masyarakat dengan karakteristik seperti apa yang dapat dilayani secara optimal, untuk itu diperlukan segmentasi pasar (Romeo dkk, 2009). Kedua, adanya persaingan yang sangat kompetitif dengan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam memperebutkan pasar karena letaknya yang berdampingan dengan beberapa rumah sakit pesaingnya. Terlihat dari jumlah kunjungan rawat inap salah satu rumah sakit pesaingnya yaitu RSIA Pertiwi yang meningkat dari 6328 pasien di tahun 2009 menjadi 6695 di tahun 2010. Untuk dapat memenangkan persaingan dengan kompetitornya RSIA Siti Fatimah Makassar perlu menampilkan pelayanan prima sesuai dengan visi RSIA Fatimah “Menjadikan RSIA Siti Fatimah Makassar terkemuka dan handal tahun 2013” dan motto “ Kepuasan Pasien Kebahagiaan Kami”. Menghadapi kondisi di atas, RSIA Siti Fatimah Makassar harus memiliki kemampuan untuk memahami kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara yang lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan pesaingnya.
Dalam konteks ini, tidak mungkin rumah sakit untuk dapat memuaskan semua kebutuhan dan keinginan masyarakat, mengingat keterbatasan rumah sakit dalam kepemilikan sumber daya.Oleh karena itu, rumah sakit perlu mensegmentasikan masyarakat konsumennya  dalam kelompok-kelompok yang homogen untuk kemudian menentukan satu atau beberapa segmen pasar tersebut yang dapat dilayani secara optimal sesuai kemampuan dan ketersediaan sumber daya yang dimiliki.Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa tertarik melakukan penelitian ini. Rumusan Masalah Bagaimana segmen pasar rumah sakit berdasarkan karakteristik masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti Fatimah Makassar dalam kelompok-kelompok yang homogen untuk kemudian menentukan satu atau beberapa segmen pasar tersebut yang dapat dilayani secara optimal sesuai kemampuan dan ketersediaan sumber daya yang dimiliki.Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa tertarik melakukan penelitian ini.

Rumusan Masalah Bagaimana segmen pasar rumah sakit berdasarkan karakteristik masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti Fatimah Makassar? Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui segmen pasar rumah sakit berdasarkan karakteristik masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan di RSIA Siti Fatimah Makassar. 2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui segmen pasar pengguna jasa pelayanan kesehatan di RSIA Siti Fatimah Makassar berdasarkan karakteristik demografi.
b) Untuk mengetahui segmen pasar pengguna jasa pelayanan kesehatan di RSIA Siti Fatimah Makassar berdasarkan karakteristik geografi.
c) Untuk mengetahui segmen pasar pengguna jasa pelayanan kesehatan di RSIA Siti Fatimah Makassar berdasarkan karakteristik psikografi.
d) Untuk mengetahui segmen pasar pengguna jasa pelayanan kesehatan di RSIA Siti Fatimah Makassar berdasarkan karakteristik perilaku

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan survey deskriptif untuk mengidentifikasi dan menjelaskan karakteristik segmentasi pasar dan profil segmen pasar pengguna jasa pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar selama penelitian dilakukan. Dengan rata-rata kunjungan pasien rawat inap perbulannnya 373 orang (Profil RSIA Siti Fatimah,2010) Sampel penelitian adalah pasien rawat inap yang ditemui selama penelitian dilakukan.Pengambilan sampel menggunakan metodeaccidental sampling, dilakukan dengan mengambil responden pasien rawat inap yang kebetulan ada saat penelitian ini berlangsung.Jumlah sampel yang berhasil didapatkan selama 5 Desember hingga 31 Desember 2011 sebanyak 182 responden. Data primer diperoleh melalui teknik wawancara dengan bantuan kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran terhadap laporan dan dokumen milik Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Data yang terkumpul, ditabulasi untuk selanjutnya dikelompokkan berdasarkan karakteristik masing-masing variabel kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan segmentasi pasar.Pendekatan ini menggunakan teknik klaster non hirarkis berupa K-Mean klaster dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16 untuk menganalisis perbedaan karakteristik antara masing-masing segmen. Hasil Penelitian
1. Segmentasi Pasar Berdasarkan
Karakteristik Demografi
Usia responden sebagian besarberada pada rentang usia 25 sampai 31tahun yakni sejumlah 100 orang (54,9%)diikuti kelompok usia 32-38 tahunsebanyak 48 orang (26,4%), 18 sampai24 tahun sebanyak 30 orang (16,5%), danpersentase terkecil terdapat padakelompok usia 39 sampai 45 tahun sebanyak 4 orang(2,2%).



Tingkatpendidikan responden, sebagian besar(47,3%) berpendidikan SMA, diikutitingkat pendidikan SMP (28,0%), Perguruan Tinggi(12,6%), SD (9,3%), dan tidak tamatSD sebanyak 2,7%. Pekerjaan respondenumumnya adalah IRT yaknisebanyak 61,5%, diikuti Pegawai Swasta sebanyak 13,2%, PNS/TNI/Polri sebanyak 8,8%, honorer/Buruh sebanyak8,2%, dan terkecilPetani/Penambak/Nelayan sebanyak 0,5%.Tingkat pendapatan keluarga sebagianbesar berada pada kelompok pendapatanmenengah ke bawah, yakni sebanyak36,8% memiliki pendapatan antara Rp.1.000.000 sampai Rp. 1.500.000, diikutitingkat pendapatan di bawah Rp.1.000.000sebanyak 28,6%dan pendapatan >Rp. 1.500.000 sampai Rp. 2.000.000 sebanyak17%. Responden yang berpendapatantinggi (> Rp. 2.000.000 – Rp. 2.500.000dan di atas Rp. 2.500.000) hanyaberjumlah 17,5%. Jumlah anggota keluarga responden sebagian besar 3-4 orang sebanyak 48,9%, yang berjumlah 5-6 orang (41,8%), yang lebih dari 7 orang ada 7,5% dan yang ≤ 2orang hanya 2,2%.
2. Segmentasi Pasar Berdasarkan Karakteristik Geografi
Dilihat dari lokasitempat tinggal dan status tempat tinggalresponden umumnya merupakanmasyarakat Kota Makassar yaknisebanyak 90,1% dan yang berasal dariluar kota Makassar hanya sebanyak 9,9%.

















 yang ahli dan professional (100%), memiliki tenaga dokter ahli dan professional (99,5%), pelayanannya baik dan cepat (99,5%), tenaga kesehatan yang ramah dan professional (98,4%), tarif yang terjangkau (92,3%), memiliki sarana dan prasarana yang baik dan lengkap (90,7%), kebersihan dan kenyamanan rumah sakit (88,5%),adanya keringanan dalam pembayaran (84,1), menggunakan fasilitas jaminan kesehatan (81,3%),dan Faktor lainnya seperti dirujuk dokter (69,2%), letak rumah sakit dekat dan strategis (63,2%),dan. Ke-sebelas faktor tersebutmendapatkan penilaian baik oleh pasiendengan kisaran antara 63,2% sampai100%. Persepsi responden terhadapRumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassarterlihatdari jawaban responden yang menilaibahwa Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassarmemiliki Citra rumah sakit yang memiliki Dokter, Bidan dan Perawat lengkap (99,5%), pelayanan yang terampil professional dan ramah (98,4%), tarifnya sesuai pelayanan yang diterima (97,8%), prosedur penerimaan dan pemulangan mudah (97,8%), melayani jaminan kesehatan (95,1%), kebersihan dan kerapihan ruangan terjaga (90,1%), fasilitas lengkap (89,6%), dan pembayaran yang dapat dicicil (26,4%).Sumberinformasi tentang RSIA Siti Fatimah dan pelayanannya umumnyabersumber dari rujukan dokter dan keluarga atau teman.
4. Segmentasi Pasar Berdasarkan Karakteristik Perilaku
Cara pembayaran jasa pelayanan RSIA Siti Fatimah mayoritas responden melaluiJPKM (43,4%), asuransi kesehatan (24,7%), tunai (18,7) dan jaminan perusahaan (13,2%).Umumnyaresponden melakukan pengobatansendiri dengan membeli obat di apotek/toko obat dan menggunakan jasa pelayanan Puskesmas dan pada saat menderita sakit ringan dan sedang Pada kondisi sakit berat,umumnya responden (individu dankeluarga) menggunakan jasa pelayananrumah sakit.Frekuensipemanfaatan RSIA Siti Fatimaholeh individu adalah: 1 sampai 2 kalisebanyak 86,8%; 3 sampai 4 kali sebanyak12,6%; 5 sampai 6 kali hanya 0,5%.Sedangkan keluarga responden adalah: 1sampai 2 kali sebanyak 61%; 3 sampai 4 kali sebanyak 17%; 5 sampai 6 kalisebanyak 6%; lebih dar 6 kalisebanyak 1,6%; dan tidak pernah sama sekali sebanyak 14,3%. Perilaku responden ketika sakit berupaya melakukan pengobatan ke dokter ketika sakit sedang maupun berat namun dalam jumlah frekuensi yang berbeda-beda. Mayoritas diantara mereka tidak pernah ke dokter ketika sakit ringan 82 orang (45,1%). Ketika sakit sedang dan berat mayoritas mereka kadang-kadang ke dokter dengan jumlah masing-masing 83 orang (45,6%) dan 82 orang (45,1%).
Untuk mengetahui jumlah dankeanggotaan segmen pasar yangterbentuk, dilakukan analisis klaster.Analisis klaster adalah berkenaan denganobyek-obyek yang memiliki kemiripankarakteristik.Obyek yangkarakteristiknya berbeda secara ekstrimdengan obyek yang lainnya tidak dapatmemberikan sumbangan terhadapkesamaan (similarlity) sebagai dasardalam melakukan pengelompokan obyek.Obyek yang berbeda secara ekstrimdengan obyek lainnya dinamakan denganoutliers.Kehadiran outliers akan sangatmengganggu hasil analisis data, sehinggaharus dikeluarkan dari analisis. Hasil ujistatistik dan output analisis klasterhirarkhis dalam bentuk diagramdendogram menunjukkan bahwa dari 182responden penelitian, tidak ada satupunobyek/responden yang karakteristiknyaberbeda secara ekstrim dengan respondenlainnya. Artinya, dari 182 respondenpenelitian ini tidak ada satupun yangdikeluarkan dari analisis.Berdasarkan skedul aglomerasi,memperlihatkan bahwa bahwa solusi tigasegmen merupakan yang terbaik danmenghasilkan keanggotaan segmensebagai berikut:
a. Segmen I beranggotakan responden no: 1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 25, 27, 28, 30, 31, 34, 35, 36, 39, 40, 41, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 58, 62, 63, 64, 68, 72, 82, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 97, 98, 102, 104, 105, 106, 107, 108, 110, 111, 114, 118, 119, 120, 121, 123, 124, 125, 126, 131, 132, 133, 137, 138, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 150, 153, 157, 159, 160, 163, 164, 166, 167, 169, 174, 176, 177.

b. Segmen II beranggotakan responden no: 3, 4, 12, 22, 24, 26, 29, 32, 33, 37, 38, 42, 43, 54, 130, 134, 135, 141, 142, 149, 151, 156, 162, 165, 170, 179, 180, 182.

c. Segmen III beranggotakan: 8, 11, 21, 57, 59, 60, 61, 65, 66, 67, 69, 70, 71, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 83, 95, 96, 99, 100, 101, 103, 109, 112, 113, 115, 116, 117, 122, 127, 128, 129, 136, 139, 140, 152, 154, 155, 158, 161, 168, 171, 172, 173, 175, 178, 181.

Hasil analisis k-mean klaster jugamendapatkan ukuran klaster sebagaiberikut: segmen I sebanyak 100 orang,segmen II sebanyak 28 orang, dansegmen III sebanyak 54 orang. Dilihatdari jumlah anggota masing-masingsegmen tersebut di atas, maka dapatdikatakan bahwa ukuran relatif darimasing-masing segmen yang terbentukcukup besar, sehingga solusi penetapanjumlah tiga segmen untuk segmentasipasar RSIA Siti FatimahMakassar, sangat baik. Hasil uji ANOVA memperlihatkan19 karakteristik yang nilaisignifikansinya lebih kecil dari 0,05. Halini berarti terdapat 19 karakter yangberbeda antara segmen.Karakteristik dari masing-masingsegmen, memperlihatkan bahwa segmen I umumnya merupakan masyarakat Kota Makassar yang berada pada rentang umur 25-31 tahun.Berdasarkan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, status tempat tinggal, pendapatan, maka status sosial anggota segmen ini diduga merupakan kelompok masyarakat menengah.Tingkat pendapatan rumah tangga perbulan yang cukup tinggi dan anggota kelompok ini pada umumnya Ibu Rumah Tangga (IRT), mereka melakukan pembayaran jasa pelayanan kesehatan di RSIA Siti Fatimah melalui asuransi kesehatan sosial. Faktor yang membuat anggota kelompok I tertarik untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan Rumah RSIA Siti Fatimah Makassar adalah karena rumah sakit memiliki dokter yang ahli dan profesional.Segmen ini umumnya mencari pelayanan kesehatan ke lembaga penyaji layanan baik pada saat sakit sedang maupun berat.Sedangkan ketika sakit ringan, mereka cenderung melakukan pengobatan dengan membeli obat di toko/apotik.Intensitas penggunaan rumah sakitnya sedang.Jadi anggota segmen ini tidak terlalu giat menggunakan pelayanan di rumah sakit sehingga dapat disebut pengguna yang inertia.Segmen I, memiliki karakteristik kunci memanfaatkan jasa lembaga penyaji layanan kesehatan jika sakit.Tingkat kepercayaan pada tempat fasilitas kesehatan cukup tinggi yang ditandai dengan pencarian pengobatan di tempat fasilitas kesehatan rumah sakit ketika sakit berat.dan saat menderita sedang ke puskesmas. Adapun intensitas penggunaan jasa layanan di rumah sakit tergolong sedang.Dengan karakteristik seperti ini maka segmen ini di sebut Hospital aversion.
Segmen II umumnya adalah masyarakat Kota Makassar yang berada pada rentang umur 25-31 tahun.Berdasarkan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, status tempat tinggal, dan pendapatan maka status sosial, anggota segmen ini diduga merupakan kelompok masyarakat menengah ke bawah. Dengan tingkat pendapatan rumah tangga perbulan <1.000.000, anggota kelompok ini pada umumnya melakukan pembayaran jasa pelayanan kesehatan dengan JPKMM yakni Jamkesmas/Jamkesda saat memanfaatkan pelayanan di rumah sakit tersebut. Faktor yang membuat anggota kelompok segmen II tertarik untuk menggunakan jasa pelayanan RSIA Siti Fatimah adalah karena pelayanan yang baik dan cepat. Pada segmen ini, umumnya mereka mencari pelayanan kesehatan ke lembaga penyaji layanan kesehatan terutama pada saat sakit berat. Mereka biasanya membeli obat di apotek/toko obat saat menderita sakit ringan dan sedang.Intensitas pemanfaatan rumah sakit rendah yakni 1-2 kali dalam setahun.Jadi anggota segmen II digolongkan sebagai pengguna yang tidak loyal.Segmen II, memiliki karakteristik kunci memanfaatkan jasa lembaga penyaji layanan kesehatan jika sakit. Tingkat kepercayaan pada tempat fasilitas kesehatan cukup tinggi yang ditandai dengan pencarian pengobatan di tempat fasilitas kesehatan rumah sakit ketika sakit berat dan saat menderita sakit ringan dan sedang ke puskesmas. Adapun intensitas penggunaan jasa layanan di rumah sakit tergolong rendah dan tidak terlalu giat sehingga segmen ini disebut dengan health care minimixer.
Segmen III umumnya adalah masyarakat kota Makassar yang berada pada kelompok umur 25-31 tahun. Anggota segmen ini umumnya merupakan karyawan swasta.Berdasarkan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, status tempat tinggal, dan pendapatan keluarga, maka status sosial anggota segmen ini diduga merupakan kelompok menengah ke atas. Dengan tingkat pendapatan rumah tangga yang cukup besar, anggota kelompok ini umumnya bekerja sebagai karyawan swasta sehingga melakukan pembayaran jasa pelayanan kesehatan dengan jaminan perusahaan yang telah bekerja sama dengan rumah sakit dan ada pula yang membayar secara tunai. Faktor yang membuat anggota kelompok III tertarik untuk menggunakan jasa pelayanan RSIA Siti Fatimah Makassar adalah tenaga dokter dan perawat yang ramah dan professional Segmen ini umumnya mencari pelayanan kesehatan ke lembaga penyaji layanan kesehatan baik pada saat sakit ringan sedang maupun sakit berat.Ketika menderita sakit ringan, mereka biasanya menggunakan jasa pelayanan puskesmas terdekat.Sedangkan pada kondisi sakit sedang dan berat mereka mencari pelayanan rumah sakit.Intensitas pemanfaatan rumah sakit baik oleh anggota keluarga maupun pribadi pasien, sangat tinggi yakni 3-4 kali.Jadi anggota segmen III digolongkan sebagai pengguna yang loyal.Segmen III memiliki karakteristik yang lebih berorientasi pada pelayanan kesehatan rumah sakit.Hal ini terlihat dari sikap dan perilaku pencarian pengobatan individu maupun keluarga.Intensitas penggunaannya tinggi karena manfaat yang dicari adalah untuk pemeliharaan kesehatan.Segmen ini tergolong dalam kelompok status sosial menengah ke atas.Status tempat tinggal segmen ini tinggal di rumah sendiri.Intensitas kunjungan ke rumah sakit cukup tinggi.Dengan karakteristik seperti itu, maka segmen III disebut dengan health care maximizer. Berdasarkan identifikasi karakteristik kunci dari masing-masing ketiga segmen, nampak bahwa profil segmen III merupakan segmen yang paling baik karena syarat-syarat dari segmen yang efektif dan bermanfaat dapat terpenuhi .Segmen III juga memiliki sikap dan perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang berorientasi pada rumah sakit.

ANALISI KESIMPULAN 

Manfaat dan Kelemahan Segmentasi
Banyaknya perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar pengelompokkan variabel tertentu. Dengan menggolongkan atau mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat dikatakan bahwa secara umum perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991).
Manfaat yang lain dengan dilakukannya segmentasi pasar, antara lain:
1. Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah.
2. Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
3. Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.
4. Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat bagi segmen yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
5. Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau periode-periode dimana reaksi pasar cukup besar.
Gitosudarmo (2000) menambahkan manfaat segmentasi pasar ini, sebagai berikut:
1. Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen lainnya.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen.
3. Dapat digunakan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling besar.
4. Dapat digunakan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan pasar sasaran.
Sekalipun tindakan segmentasi memiliki sederetan keuntungan dan manfaat, namun juga mengandung sejumlah resiko yang sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari tindakan segmentasi itu sendiri, antara lain:
1. Biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses produksi lebih pendek.
2. Biaya penelitian/ riset pasar akan bertambah searah dengan banyaknya ragam dan macam segmen pasar yang ditetapkan.
3. Biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak menyediakan diskon.
4. Kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa.
Bahkan mungkin akan terjadi persaingan yang tidak sehat, misalnya kanibalisme sesama produsen untuk produk dan segmen yang sama.

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Segmentasi

Pengusaha yang melakukan segmentasi pasar akan berusaha mengelompokkan konsumen kedalam beberapa segmen yang secara relatif memiliki sifat-sifat homogen dan kemudian memperlakukan masing-masing segmen dengan cara atau pelayanan yang berbeda.
Seberapa jauh pengelompokkan itu harus dilakukan, nampaknya banyak faktor yang terlebih dahulu perlu dicermati. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Variabel-Variabel Segmentasi
Sebagaimana diketahui bahwa konsumen memiliki berbagai dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan segmentasi pasar. Penggunaan dasar segmentasi yang tepat dan berdaya guna akan lebih dapat menjamin keberhasilan suatu rencana strategis pemasaran. Salah satu dimensi yang dipandang memiliki peranan utama dalam menentukan segmentasi pasar adalah variabel-variabel yang terkandung dalam segmentasi itu sendiri, dan oleh sebab ituperlu dipelajari.
Dalam hubungan ini Kotler (1995) mengklasifikasikan jenis-jenis variabel segmentasi sebagai berikut:
1.Segmentasi Geografi
Segmentasi ini membagi pasar menjadi unit-unit geografi yang berbeda, seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, wilayah, daerah atau kawasan. Jadi dengan segmentasi ini, pemasar memperoleh kepastian kemana atau dimana produk ini harus dipasarkan.
2. Segmentasi Demografi
Segmentasi ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada siapa produk ini harus ditawarkan. Jawaban atas pertanyaan kepada siapa dapat berkonotasi pada umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, siklus kehidupan keluarga seperti anak-anak, remaja, dewasa, kawin/ belum kawin, keluarga muda dengan satu anak, keluarga dengan dua anak, keluarga yang anak-anaknya sudah bekerja dan seterusnya. Dapat pula berkonotasi pada tingkat penghasilan, pendidikan, jenis pekerjaan, pengalaman, agama dan keturunan
misalnya: Jawa, Madura, Bali, Manado, Cina dan sebagainya.
3. Segmentasi Psikografi
Pada segmentasi ini pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan:
a. Status sosial, misalnya: pemimpin masyarakat, pendidik, golongan elite, golongan menengah, golongan rendah.
b. Gaya hidup misalnya: modern, tradisional, kuno, boros, hemat, mewah dan sebagainya.
c. Kepribadian, misalnya: penggemar, pecandu atau pemerhati suatu produk.
4. Segmentasi Tingkah Laku
Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen pasar.
Segmentasi perilaku dapat diukur menggunakan indikator sebagai berikut (Armstrong, 1997):
1. Manfaat yang dicari
Salah satu bentuk segmentasi yang ampuh adalah mengelompokkan pembeli menurut manfaat berbeda yang mereka cari dari produk. Segmentasi manfaat menuntut ditemukannya manfaat utama yang dicari orang dalam kelas produk, jenis orang yang mencari setiap manfaat dan merek utama yang mempunyai setiap manfaat. Perusahaan dapat menggunakan segmentasi manfaat untuk memperjelas segmen manfaat yang mereka inginkan, karakteristiknya serta merek utama yang bersaing. Mereka juga dapat mencari manfaat baru dan meluncurkan merek yang memberikan manfaat tersebut.
2. Status Pengguna
Pasar dapat disegmentasikan menjadi kelompok bukan pengguna, mantan pengguna, pengguna potensial, pengguna pertama kali dan pengguna regular dari suatu produk. Pengguna potensial dan pengguna regular mungkin memerlukan imbauan pemasaran yang berbeda.
3. Tingkat Pemakaian
Pasar dapat juga disegmentasikan menjadi kelompok pengguna ringan, menengah dan berat. Jumlah pengguna berat sering kali hanya persentase kecil dari seluruh pasar, tetapi menghasilkan persentase yang tinggi dari total pembelian. Pengguna produk dibagi menjadi dua bagian sama banyak, sebagian pengguna ringan dan sebagian lagi pengguna berat menurut tingkat pembelian dari produk spesifik.
4. Status Loyalitas


Sebuah pasar dapat juga disegmentasikan berdasarkan loyalitas konsumen. Konsumen dapat loyal terhadap merek, toko dan perusahaan. Pembeli dapat dibagi menjadi beberapa kelompok menurut tingkat loyalitas mereka. Beberapa konsumen benar-benar loyal, mereka selalu membeli satu macam merek. Kelompok lain agak loyal,mereka loyal pada dua merek atau lebih dari satu produk atau menyukai satu merek tetapi kadang-kadang membeli merek lain. Pembeli lain tidak menunjukkan loyalitas pada merek apapun. Mereka mungkin ingin sesuatu yang baru setiap kali atau mereka membeli apapun yang diobral.Segmen pasar pengguna jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar berdasarkan karakteristik demografi adalah memiliki umur 25-31 tahun (54,9%), pendidikan SMA/sederajat (47,3%), pekerjaan IRT (61,5%), pendapatan Rp. 1.000.000- Rp.1.500.000,- (36,8%) dan ukuran keluarga 3-4 orang (48,9%)

2. Segmen pasar pengguna jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar berdasarkan karakteristik geografi adalah tinggal di dalam kota Makassar (90,1%) dan memiliki status tempat tinggal di rumah sendiri (61,5%)

3. Segmen pasar pengguna jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar berdasarkan karakteristik psikografi adalah termotivasi memanfaatkan pelayanan rumah sakit tersebut karena pelayanan baik dan cepat (99,5%), memiliki dokter yg ahli dan professional (99,5%), memiliki Bidan yang ahli dan professional (100%), dan tenaga Kesehatan yang ramah dan professional (98,4%). Dan memiliki persepsi Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar sebagai rumah sakit yang memiliki tenaga dokter dan perawat yang lengkap (99,5%), pelayanan yang terampil professional dan ramah (98,4%).,

4. Segmen pasar pengguna jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar berdasarkan karakteristik perilaku adalah melakukan pembayaran jasa RS melalui JPKM (43,4%), ketika menderita sakit ringan (49,5%) membeli obat di Apotek/toko obat, dan sakit sedang (65,9%) ke puskesmas, ketika sakit berat memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit (80,2%) dan frekuensi memanfaatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dengan 1-2 kali (86,8%)

5. Berdasarkan karakteristik pengguna jasa pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar teridentifikasi tiga segmen pasar yaitu segmen I: hospital aversion (54,9%), segmen II: health care minimizer (15,4%), segmen III: health care maximizer (29,7%).

Strategi pemasaran Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dapat diarahkan pada segmen III (Health Care Maximizer). Dengan mengetahui segmen pasar yang akan dimasuki, maka upaya promosi yang dilakukan sebaiknya difokuskan pada segmen tersebut karena segmen pasar tersebut merupakan pasar potensial untuk menjadi konsumen yang menguntungkan. Perlu merancang upaya promosi yang tepat dengan mempertimbangkan media promosi seperti leaflet/brosur dan papan petunjuk jalan mengingat letak rumah sakit tidak berada dipinggir jalan raya besar dan tidak dilalui angkutan umum.Selain itu pihak rumah sakit dapat menawarkan produk/jasa baru sesuai dengan segmen pasar yang terbentuk.

Sumber : journal.unhas.ac.id/index.php/jadkkm/article/download/405/347

Sabtu, 09 November 2013

Contoh kalimat efektif dari artikel online

Contoh 1 :

  • Kami ingin melanjutkan kerja sama kami dengan Unesco dengan berbagai cara. ( tidak efektif )
  • Kami ingin melanjutkan kerja sama dengan Unesco dengan berbagai cara. ( efektif )
          
Contoh 2 :
  • Saya telah menyaksikannya beberapa musim terakhir sejak dirinya masih berada di tim cadangan, ia memang luar biasa (tidak Efektif)
  • Saya telah menyaksikannya beberapa musim terakhir saat masih berada di tim cadangan dan memang luar biasa.(efektif)

Contoh 3 :
  •  Apabila punya enam atau tujuh pemain yang dapat bermain selevel mereka pasti akan berjuang mati-matian bagi klubnya (efektif)

Contoh 4 :
  • Prandelli menyebut bahwa ia akan masih mempercayai Buffon hingga Piala Dunia 2014 di Brasil (tidak efektif)
  • Prandelli masih akan mempercayai Buffon hingga Piala Dunia 2014 di Brasil (efektif)
Contoh 5 :
  • Garcia menyebut dirinya puas atas respon cepat yang diberikan anak buahnya saat tim melawan Torino minggu lalu (Tidak Efektif)
  • Garcia puas atas respon cepat yang diberikan anak buahnya saat tim melawan Torino minggu (Efektif)


Contoh 6 :
  • Meski telah sekitar tiga pekan tak berlatih bersama, para penggawa Timnas U-19 masih berada dalam kondisi fit (Tidak Efektif)
  • Meski sudah tiga pekan tidak berlatih bersama ,para penggawa Timnas U-19 masih berada dalam kondisi fit (efektif)
Contoh 7 :
  • Keberangkatan Timnas Indonesia U-23 menuju Hong Kong, menjadi dipercepat. (tidak efektif)
  • Keberangkatan Timnas Indonesia U-23 menuju Hong Kong dipercepat. (efektif

contoh 4-7 link = http://www.merdeka.com/sepakbola/index2672/



Minggu, 03 November 2013

DIKSI

ada beberapa artikel yang menjadi referensi saya dalam pencarian contoh-contoh kalimat yang mengandung diksi.
seperti salah satu paragraf pada artikel 
Dia menilai wajar jika SBY belakangan menjadi marah dengan isu-isu yang terkesan memojokkan pemerintah dan media.
sinonim wajar di sini bisa memiliki arti lain seperti biasa ,normal ,lazim ,dll.

amarah SBYdi duga karena "Dikompori" sekuni .
polisemi : dikompori di atas bisa bermakna perapian untuk memasak yg menggunakan minyak tanah, gas, atau listrik sbg bahan bakar; -- gas kompor yg menggunakan gas sbg bahan bakar; -- listrik perapian yg menggunakan tenaga listrik sbg pembangkit panas; me·ngom·pori v ki memanas-manasi; menghasut: dia senang ~ teman-temannyape·ngom·por·an n ki proses, cara, perbuatan mengompori; penghasutan

Dia menilai wajar jika SBY belakangan menjadi marah dengan isu-isu yang terkesan memojokkan pemerintah dan media.
Hiponim : kata pemerintah sudah mencakup semua kalangan sperti Presiden,Mentri ,MPR,DPR sebagai jajaran pemerintah negara .


artikel :

Merdeka.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok angkat bicara soal perseteruan antara partainya dengan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI). Khususnya, terkait isu mantan Ketum Demokrat Subur Budhisantoso yang dikabarkan dijemput oleh Badan Intelijen Negara (BIN).

Akibat isu ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun bersikap reaktif. SBY meminta agar isu ini diklarifikasi dengan segera karena mencemarkan nama baik BIN.

Mubarok berpendapat, sikap reaktif SBY yang tidak perlu itu akibat bisikan dari para orang terdekat SBY. Sehingga, kata orang yang dekat dengan Anas Urbaningrum ini, informasi yang diperoleh SBY tidak valid.

Padahal, ia bercerita, PPI sama sekali bukan penyebar isu penjemputan Subur. Menurut dia, BIN datang karena diminta oleh Subur untuk mengawal dirinya yang hendak pergi ke suatu tempat.

"Karena orang yang melaporkannya laporannya enggak valid, seperti sprindik (Jero Wacik) sampai konpers, pemimpin kadang terkacau karena yang memberi masukan. Bahasa anunya pembisik-pembisik," kata Mubarok di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (31/10).

Dia menilai wajar jika SBY belakangan menjadi marah dengan isu-isu yang terkesan memojokkan pemerintah dan media. Hal ini, lagi-lagi Mubarok menyalahkan para pembisik SBY.

"Ketika pemimpin urusannya banyak, jadi sensitif, biasanya Pak SBY berkata sangat terukur,ini menunjukkan beliau banyak ada masukan sehingga keliru. Bisa itu sengaja bisa juga enggak sengaja (dibisikin). Contoh bagaimana ada kesimpulan dijemput BIN, itu karena Pak Budhisantoso dikawal, padahal pengawalan dia sendiri yang minta," tegas dia.

Kendati demikian, Mubarok ogah menyebutkan siapa pembisik SBY tersebut yang kerap salah memberikan informasi. Namun, ia hanya mengkritik jika seharusnya presiden tak perlu langsung bicara menanggapi isu terkini, melainkan didelegasikan kepada para menterinya seperti zaman Orde Baru.

"Contoh kalau menteri mestinya jadi bumper kalau ada isu menteri yang ngomong, presiden enggak perlu ngomong. Tapi kadang menteri tiarap presiden yang ngomong. Zaman pak Harto dulu, Pak Harto kan enggak banyak ngomong," imbuhnya.

Pembisiknya siapa? "Enggak tahu, namanya juga bisik-bisik tetangga, enggak dengar," pungkasnya.

Seperti diketahui, Anas pun sebelumnya pernah berkomentar tentang pembisik-pembisik SBY yang disebut sebagai sengkuni. Sengkuni adalah tokoh antagonis dalam pewayangan yang kerap menjadi penghasut kaum Kurawa untuk bertempur dengan Pandawa.

kesalahn kalimat pada artikel/berita

kali ini saya akan mencoba menganalisis kesalahan-kesalahan kalimat seperti kesalahan pada kalimat aktif/pasif,kesalahan dalam memilih kalimat majemuk setara dan majemuk bertingkat dll.berikut berita berupa artikel yang di ambil sebagai referensi dari
http://www.merdeka.com/jakarta/polisi-ancam-beri-denda-maksimal-pengendara-yang-melawan-arus.html

Polisi ancam beri denda maksimal pengendara yang melawan arus

Merdeka.com - Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya saat ini tengah menggalakkan penindakan penerobos jalur bus Transjakarta. Selain ditilang, para pelanggar juga akan dikenakan denda maksimal yaitu Rp 500 ribu untuk roda dua dan Rp 1 juta bagi roda empat.

Rupanya denda maksimal tidak akan diberlakukan bagi pelanggar penerobos jalus bus Transjakarta saja. Denda maksimal juga akan diberikan kepada pengendara yang nekat melawan arus.

"Selain terobos jalur bus Transjakarta melawan arus merupakan salah satu pelanggaran yang kerap terjadi di ibu kota," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Chrysnanda Dwi Laksana, Senin (4/11).

Chrysnanda berpendapat penerapan denda maksimal bagi pelanggar dilakukan untuk memberikan pelajaran dan efek jera bagi para pelaku pelanggaran. "Semuanya ini untuk memberikan pelajaran, tidak ada maksud lain," ucapnya.

Namun, mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya tersebut enggan menyebutkan kapan denda tersebut diberlakukan. Kendati demikian, Chrysnanda menegaskan pelanggaran yang menyebabkan kecelakaan tertinggi sudah semestinya dikenakan denda maksimal.

"Dendanya masuk ke kas negara, dan diharapkan uang hasil denda bisa diperuntukan membangun sarana transportasi yang layak," tegasnya.

Saat ini, lanjutnya, polisi tengah melakukan pembahasan dengan seluruh stake holder yang berkepentingan. Diharapkan, dengan adanya hukuman denda maksimal maka bisa membuat pengendara lebih disiplin dalam berlalu lintas.

"Kita berharap, masyarakat bisa lebih disiplin dan pelanggaran akan berkurang," pungkasnya

mungkin ketika kita membaca artikel di atas tidak terlihat kesalahan dalam penulisan kalimatnya , tapi saya akan mencoba untuk menganalisis kesalahan penulisan artikel di atas .

"Selain terobos jalur bus Transjakarta melawan arus merupakan salah satu pelanggaran yang kerap terjadi di ibu kota,"
sebaiknya  kalimat tersebut :
"menerobos jalur bus Transjakarta dan melawan arus merupakan pelanggaran yang sering terjadi di ibu kota"

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif melakukan sesuatu. Sedangkan kalimat pasif adalah kalimat subjeknya dikenai sesuatu pekerjaan.
Contoh:
  • Kalimat aktif: Rani sedang menyiram tanaman.
    • Kalimat pasif: Tanaman sedang disiram Rani.
  • Kalimat aktif: Danu membeli buku pelajaran.
    • Kalimat pasif: Buku pelajaran dibeli Danu.


  • Kalimat aktif: Kakak sedang membaca buku.
    • Kalimat pasif: Buku sedang dibaca Kakak.
"Rupanya denda maksimal tidak akan diberlakukan bagi pelanggar penerobos jalus bus Transjakarta saja. Denda maksimal juga akan diberikan kepada pengendara yang nekat melawan arus"

sebaiknya di beri kalimat seperti :

"Denda maksimal tidak akan diberlakukan bagi pelanggan penerobos jalur bus Transjakarta saja tapi denda maksimal juga akan diberikan kepada pengendara yang nekat melawan arus "

Sabtu, 19 Oktober 2013

Jurnal Prilaku Kosumen (Analisis dan Kesimpulan)

PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN KARTU KREDIT DI
WILAYAH DKI JAKARTA
Risna Sulistyawaty
Jl. H. Rijin No.144 Rt 05 Rw 011 Kelapa Dua, Depok
Inoy_tazman@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana jenis penggunaan kartu kredit
dapat memprediksi pengelompokkan konsumen ke dalam kelompok pengguna dan
kelompok bukan pengguna kartu kredit selain itu faktor-faktor apa saja yang menjadi motivasi konsumen untuk menggunakan dan tidak menggunakan kartu kredit. Metode
penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan data primer, data primer ini diperoleh dengan melalui penyebaran kuesioner dan alat analisis yang digunakan adalah analisis faktor dengan metode KMO dan Bertlett’s Test dan Anti-Image Correlation. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada tiga kelompok pemakai kartu kredit yaitu kelompok pemakai jarang, kelompok pemakai sedang dan kelompok pemakai sering dan kesimpulan berikutnya ada dua faktor yang mempengaruhi pengguna kartu kredit yaitu faktor keunggulan dan faktor kemudahan dan hanya satu faktor yang mempengaruhi bukan pengguna kartu kredit yaitu faktor tidak butuh.

Kata kunci : Kartu Kredit, Cluster Pemakai Kartu Kredit, Faktor-faktor yang Memotivasi.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Di jaman era globalisasi ini untuk melakukan transaksi, dapat digunakan berbagai sarana pembayaran, mulai dari cara yang paling tradisional, sampai dengan cara yang paling modern sekalipun. Sejalan dengan perkembangan jaman ditemukan cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan transaksi pembayaran yaitu dengan menggunakan kartu plastik atau lebih dikenal dengan kartu kredit yang mampu menggantikan fungsi uang sebagai alat pembayaran. Kartu kredit ini dapat pula digunakan untuk berbagai keperluan yang berfungsi sebagai alat pembayaran tunai.Penggunaan kartu kredit dirasakan lebih aman dan praktis untuk segala keperluan,seperti untuk keperluan uang tunai dalam bepergian, bahkan dewasa ini kartu kredit sudah dapat digunakan untuk segala bentuk pembayaran secara internasional.
Pelopor pengembangan kartu kredit di Indonesia dilakukan oleh Citibank dan Bank Duta. Dewasa ini jenis kartu kredit yang beredar adalah Master Card,Visa Card,Visa BCA, Dinner Club, Amex Card dan kartu-kartu kredit lainnya.Khusus untuk Dinner Club merupakan kartu kredit yang bukan dikeluarkan oleh bank, akan tetapi oleh lembaga pembiayaan seperti PT. Dinner Jaya Indonesia.


Perumusan Masalah

Kehidupan di kota-kota besar yang penuh kesibukan membuat orang cenderung
menginginkan yang serba cepat, mudah dan praktis termasuk untuk kegiatan yang
bersifat konsumtif. Fenomena ini oleh pihak bank selaku penerbit kartu kredit dijadikan
acuan untuk menawarkan kepraktisan dan keamanan dalam berbelanja. Adanya kartu
kredit ini bagi sebagian orang benar-benar mendukung gaya hidup yang dianutnya,sehingga mereka memanfaatkan pada hampir semua transaksi pembelian barang atau jasa. Sebagian lainnya walaupun memakai kartu kredit, hanya memanfaatkan sekali-kali saja, namun masih ada pula orang yang tetap menganut gaya hidup tradisional yang lebih senang membayar tunai untuk segala sesuatu yang dibelinya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana jenis penggunaan kartu kredit
dapat memprediksi cluster konsumen ke dalam kelompok pengguna kartu kredit dan
kelompok bukan pengguna kartu kredit dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang menjadi motivasi responden untuk menggunakan kartu kredit dan tidak menggunakan kartu kredit.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan bisa dianggap sebagai pembuktian empiris model
alternatif untuk memprediksi cluster konsumen ke dalam kelompok pemakai kartu
kredit dan bukan pemakai kartu kredit dalam kaitannya dengan gaya hidup seseorang
terhadap kartu kredit, hasil penelitian ini dapat diharapkan akan memberikan jawaban
tentang pemanfaatan kartu kredit dari masing-masing kelompok pemakai kartu kredit
dan hasil studi tentang kartu kredit ini diharapkan akan memberikan jawaban terhadap
kebutuhan akan studi tentang kartu kredit yang semakin dirasakan kepentingannya
dalam era globalisasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan utama pemasar adalah melayani dan memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Oleh karena itu, pemasar perlu memahami bagaimana perilaku konsumen
dalam usaha memuaskan kebutuhan dan keinginannya.

Menurut Engel et.al. (2001),
menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan langsung untuk mendapatkan
konsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan ini.

Kotler dan Amstrong (2003), mengemukan
bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu
maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal.


Sementara itu,
Mowen et.al. (2001), mengemukan bahwa perilaku konsumen adalah studi tentang unit
pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan
pembuangan barang dan jasa, pengalaman serta ide-ide.

Definisi terakhir sangat sederhana tetapi mengandung sejumlah konsep penting.
Pertama, proses pertukaran dimana segala sumber daya ditransfer diantara kedua belah pihak antar konsumen dengan perusahaan yang melibatkan serangkaian langkah-langkah, dimulai dari tahap perolehan atau akuisisi, lalu ke tahap konsumsi, dan berakhir dengan tahap disposisi produk atau jasa. Kedua, unit pembelian, hal ini dikarenakan pembelian dilakukan oleh kelompok ataupun individu, dimana keputusan pembelian dilakukan oleh individu atau sekelompok orang.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen berkaitan erat dengan proses pengambilan keputusan untuk menggunakan
barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dikatakan
bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha memaksimalkan
kepuasannya dan selalu bertindak rasional.
Para konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan
finansialnya memungkinkan. Mereka memiliki pengetahuan tentang alternatif produk
yang dapat memuaskan kebutuhan mereka. Selama utilitas marjinal yang diperoleh dari
pembelian produk masih lebih besar atau sama dengan biaya yang dikorbankan,konsumen cenderung akan membeli produk.Pada hakikatnya kebutuhan konsumen akan mengalami perubahan dalam hidupnya sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi pada lingkungan dimana mereka hidup. Perubahan tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu dalam mengambil keputusan pembelian atau penggunaan suatu produk barang dan jasa.

Zeithaml dan Bitner (2000), berpendapat bahwa tahapan-tahapan yang dilakukan
konsumen dalam pengambilan keputusan dan mengevaluasi jasa yang ditawarkan dapat
dibagi menjadi empat sebagai berikut : pencarian sumber-sumber informasi, penilaian
berbagai alternatif jasa, pembelian dan penggunaan, dan evaluasi pasca pembelian.
Berdasarkan model perilaku konsumen yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan, penggunaan atau pembelian suatu produk jasa, dalam hal ini kartu kredit,
maka setiap bank harus mengetahui tentang kebutuhan dan karakteristik nasabah
(karakteristik individu) yang mendasar yang sangat diperlukan untuk pelaksanaan suatu
program kinerja bauran pemasaran jasa.Karakteristik individu merupakan suatu proses psikologis yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu terdiri dari : sumber daya konsumen; motivasi;keterlibatan; pengetahuan; sikap; kepribadian; nilai dan gaya hidup. Karena dengan memahami gaya hidup konsumen akan sangat bermanfaat bagi pemasar. Terdapat empat manfaat yang dapat diperoleh pemasar dari pemahaman terhadap gaya hidup
konsumen. Pertama, pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasi dan memposisikan produk di pasar sasaran. Kedua, pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan. Ketiga, jika gaya hidup telah diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklan produknya pada media yang paling cocok. Keempat,mengetahui gaya hidup konsumen berarti pemasar dapat mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka.Kotler (1988), mengatakan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang di dalam dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan pendapat orang tersebut.Gaya hidup menggambarkan kehidupan manusia secara keseluruhan yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Gaya hidup merefleksikan sesuatu yang melebihi ke
las sosial

Kesimpulan atau Analisa :

Tujuan utama pemasar adalah melayani dan memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Oleh karena itu, pemasar perlu memahami bagaimana perilaku konsumen dalam usaha memuaskan kebutuhan dan keinginannya semua dari tujuan ini mengimplementasikan terhadap kepuasan konsumen terhadap kartu kredit ,apa lagi di wilayah jakarta yang memiliki rutinitas tranksaksi untuk keuangan yang serba instan . apa lagi daya kosumsi masyarakat jakarta yang tinggi tentunya hadirnya kartu kredit di pusat-pusat perbelanjaan 

Pada hakikatnya kebutuhan konsumen akan mengalami perubahan dalam hidupnya sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi pada lingkungan dimana mereka hidup. Perubahan tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu dalam mengambil keputusan pembelian atau penggunaan suatu produk barang dan jasa.dengan hadirnya kartu kredit