Sabtu, 16 November 2013

Jurnal Prilaku konsumen dalam pembelian dan Analisis kesimpulan

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN
PRODUK SAYURAN DI PASAR MODERN KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN
Mengingat begitu penting manfaat sayuran bagi konsumen, maka komoditas ini
memiliki nilai ekonomi yang besar bagi sektor agribisnis. Sayuran perlu dikonsumsi setiap hari
oleh konsumen, untuk memelihara fungsi tubuh secara sehat, sehingga ketersediaan dan
penawaran sayuran di pasar merupakan peluang bagi petani, pengelola pasar, dan pedagang
sayuran.
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia memiliki hubungan yang sejalan dengan
peningkatan konsumsi sayuran di Indonesia. Menurut BPS (2005), diperoleh keterangan bahwa
frekuensi konsumsi atau makan sayuran di kota-kota besar tidak begitu mengalami penurunan.
Hal ini karena adanya daya beli konsumsi masyarakat cukup tinggi terhadap sayuran. Dengan
demikian jelaslah bahwa mutu dan kesegaran sayuran sangat menentukan harganya. Padahal
seperti produk hortikultura yang lain, sayuran sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun dan bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali.
Hal ini berarti pasar harus selalu dipasok sayuran segar setiap hari. (Rahardi F., Rony
Palungkun, dan Asiani Budiarti, 1999)
Peluang pemasaran sayuran saat ini adalah pasar swalayan, supermarket dan outlet
khusus yang merupakan pasar modern yang menjual sayuran segar dimana konsumen kelas
menengah ke atas sebagai pasar sasaran yang akan dituju, yang biasa membeli kebutuhan
mereka berupa sayuran. Sayuran tersebut dijual dengan harga yang relative mahal dibandingkan
dengan yang ada di pasar tradisional. Namun ada sebagian konsumen yang memilih untuk
membeli sayuran di pasar modern seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan
pengetahuan, serta pertukaran dan motif berbelanja lainnya.
Hal menarik lainnya adalah meskipun saat ini produk sayuran semakin tersedia di
berbagai tempat berbelanja, namun penjualannya belum terlalu meningkat. Produsen maupun
pemasar perlu memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen dan hal-hal apa saja
yang mempengaruhi atau dipertimbangkan selama pembelian sayuran itu dilakukan. Perilaku
konsumen yang membeli produk sayuran ini menarik untuk diteliti, tentang bagaimana alasan,
jenis produk sayuran yang dibeli, jumlah frekuensi pembelian, dan sebagainya. Untuk keperluan
ini maka menjadi penting untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Perilaku Konsumen
Dalam Membeli Produk Sayuran di Pasar Modern.

II. PENDEKATAN MASALAH
Dewasa ini terjadi perubahan nilai pada konsumen yang mempengaruhi perilaku dalam
membeli suatu produk pertanian. Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kaitan
kesehatan dan kebugaran dengan konsumsi makanan, telah meningkatkan tuntutan konsumen
akan kandungan nutrisi dari produk-produk yang sehat, aman dan menunjang kebugaran
(Widiyanti, 2005). Sayuran termasuk sumber pangan yang mengalami peningkatan permintaan.
Hal ini dimanfaatkan oleh produsen untuk memproduksi sayuran yang aman bagi kesehatan
yang disalurkan secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen akhir melalui
penjualan di pasar swalayan, outlet dan supermarket.
Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan sebagai berikut : pengenalan masalah
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen terdiri
dari faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis (J. Setiadi, 2005).
 
III. PROSEDUR DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pengumpulan dan Sumber Data
Penelitian ini dilaksanakan pada empat lokasi yang termasuk pasar modern di Kota
Bekasi. Pasar modern yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Supermarket Naga, Pondok
Ungu, Superindo, Hypermarket (Grand Mall), dan Alfa Supermarket (Harapan Indah).
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan: (1) Konsumen
yang mengkonsumsi sayuran adalah konsumen kelas menengah ke atas yang relatif banyak
tinggal di dekat lokasi ini, (2) Alasan utama pemilihan pasar modern tersebut dikarenakan
produk sayuran tersedia disana (3) Kualitas produk relatif lebih baik dan suasana berbelanja
nyaman.
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang merupakan teknik
penarikan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel
dengan tujuan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, jenis
instrumen yang digunakan, biaya dan waktu. Metode pengumpulan data dilakukan secara survai
melalui teknik wawancara. Responden yang dipilih adalah konsumen yang sedang membeli,
telah membeli, dan pernah membeli sayuran di pasar modern.
Menurut Hair Jr., dkk dalam Lerbin R. Aritonang R (2005) khususnya mengenai
analisis faktor pada umumnya lebih disukai 100 subyek atau lebih, maka dipilih hanya 100
responden untuk diwawancarai dengan perincian: Naga Supermarket (Pondok Ungu) sebanyak
25 responden, Superindo 25 responden, Hypermarket (Grand Mall) 25 responden, Alfa
Supermarket (Harapan Indah) 25 responden.

3.2. Metode dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan merupakan data ordinal sehingga untuk menaikkan tingkat
pengukuran menjadi interval digunakan Methode of Successive Interval.
Analisis Deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang (1) karakteristik
responden dan (2) jenis komoditi yang paling diinginkan oleh responden dan digunakan untuk
analisis bagi variabel yang dinyatakan dengan frekuensi baik angka mutlak maupun persentase.
Analisis Faktor digunakan untuk mentransformasi sejumlah variabel dependen menjadi
variabel baru yang saling bebas, sehingga dapat diketahui variabel dan faktor-faktor dominan
diantara varabel-variabel yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan metode ekstraksi Principal Component Analysis, yaitu
suatu pendekatan dalam analisis faktor yang memperhitungkan total varian dalam data.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Umum Konsumen Sayuran di Pasar Modern
Karakteristik umum konsumen sayuran yang diambil sebagai responden dalam
penelitian ini didasarkan atas jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan pekerjaan.
Berdasarkan jenis kelamin, responden sebagian besar adalah wanita 89 orang (89%),
sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 11 orang (11%). Wanita lebih
dominan dibandingkan pria dalam membeli sayuran, karena dalam hal ini wanita lebih memiliki
pengetahuan tentang kebutuhan rumah tangga sedangkan kebanyakan pria sibuk untuk mencari
nafkah bagi keluarganya.
Karakteristik berdasarkan usia, sebagian besar merupakan responden yang memiliki
selang usia 26-35 tahun (41%). Persentase terbesar kedua merupakan kaum dewasa dengan usia
36-45 tahun (34%) dan kaum remaja dengan usia 15-25 tahun berada pada urutan ketiga (25%).
Secara keseluruhan, pembeli sayuran didominasi oleh ibu-ibu muda yang mulai memperhatikan
kesehatan keluarganya.
Status pernikahan responden sayuran sebagian besar adalah telah menikah 73 orang
(73%), sedangkan yang belum menikah yaitu sebesar 27 orang (27%), karena responden
menyatakan bahwa orang yang sudah berumah tangga harus memberikan makanan yang sehat
dan bersih bagi keluarganya.
Jumlah anggota keluarga responden sebanyak 1-4 orang (67%) dan lebih dari 4 orang
(33%). Sebagian besar konsumen memiliki jumlah keluarga yang tidak lebih dari empat
sehingga, konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga cukup memadai khususnya
dalam mengkonsumsi sayuran.
Berdasarkan dari tingkat pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan responden,
kebanyakan berpenghasilan per bulan Rp 2.000.000,- - Rp 3.000.000,- sebanyak 46 responden.
Untuk pendapatan perbulan sangat mempengaruhi mereka dalam membeli sayuran di pasar
modern karena sebagian besar responden yang berbelanja sayuran di pasar modern menyatakan
mampu berbelanja sayuran walaupun tidak rutin setiap hari dalam berbelanjanya.
Pendidikan terakhir responden sebagian besar lulusan Diploma yang berperan sebagai
ibu rumah tangga. Tingkat pendidikan secara relatif juga mendorong seseorang untuk memiliki
gaya hidup yang lebih baik, lebih sehat dan lebih berkualitas. Dilihat dari pendidikan, pembeli
sayuran adalah mereka dengan pendidikan yang relatif baik dan berasal dari golongan
menengah ke atas.Pekerjaan utama dari responden adalah sebagai ibu rumah tangga. Perbedaan karakteristik relatif pembeli seperti tingkat pendidikan, pekerjaan utama serta pendapatan keluarga perbulan sangat mempengaruhi sikap pembeli dalam proses pembelian sayuran.
 
4.2. Perilaku Berbelanja Sayuran di Pasar Modern
Berdasarkan frekuensi pembelian mayoritas responden berbelanja sayuran dilakukan
sesekali bilamana ada keperluan. Selebihnya konsumen dalam melakukan pembelian dilakukan
secara rutin. Sesekali bilamana ada keperluan merupakan frekuensi berbelanja sayuran yang
sebagian konsumen tidak secara rutin membeli produk sayuran karena kenyataan di lapangan
memperlihatkan bahwa responden yang memutuskan pembelian tergantung pada situasi dimana
persediaan barang kebutuhan di rumah sudah habis dan berniat membeli sayuran ketika
persediaan habis.
Konsumen pada saat membeli sayuran mengaku tidak keberatan membayar lebih karena
harga sayuran di pasar modern sepadan dengan mutu dan kebersihannya yang dapat diperoleh
dalam jangka waktu yang lama, sebagian besar konsumen menghabiskan uang sebesar Rp
25.000-Rp 50.000. Pengeluaran tersebut terjadi karena responden membeli untuk kebutuhan
harian untuk keluarga dan dari pendapatan keluarga per bulan.
Dalam membeli produk sayuran konsumen mempunyai selera yang berbeda-beda dalam
memilih sayuran yang diinginkan. Ada beberapa jenis sayuran yang diminati oleh konsumen
untuk dijadikan masakan. Jenis komoditas yang masuk dalam kategori lima besar sayuran yang
diinginkan atau dibeli oleh responden, seperti bayam hijau, brokoli, wortel, jagung manis dan
sawi putih. Hal ini membuktikan bahwa jenis komoditas yang diminati oleh konsumen
merupakan jenis sayuran yang memiliki kandungan vitamin yang baik untuk kesehatan keluarga
dan responden lebih menyukai sayuran tersebut karena kesegarannya lebih terlihat, selain itu
membersihkannya tidak terlalu merepotkan. Sebagian besar responden menyatakan bahwa jenis
produk sayuran tersebut dapat digunakan untuk campuran masakan lainnya.
Responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk yang akan dibeli responden
adalah penampakannya segar untuk menghasilkan produk yang segar harus dimulai dari kualitas
sayuran yang paling baik sehingga kesegarannya terjamin. Responden dalam membeli sayuran
juga akan mempertimbangkan harganya walaupun tidak secermat dalam memperhitungkan
membeli produk lainnya. Bila harga sayuran terlalu mahal, maka responden akan beralih kepada
produk yang lain.
 
menunjukkan proporsi keragaman yang harus dipertahankan, ditentukan oleh
akumulasi proporsi yang diperhitungkan, yaitu lebih dari 70% (J. Supranto, 2004). Memiliki
nilai communality terbesar, merupakan actor dominan yang dipertimbangkan konsumen
dalam proses pembelian sayuran di pasar modern. Faktor tersebut adalah keadaan ekonomi,
kelompok referensi, pekerjaan, usia dan tahap siklus hidup, peran dan status.
Keadaan ekonomi merupakan faktor dominan teratas yang dipertimbangkan konsumen.
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk yang berkaitan erat dengan
pendapatan konsumen.
Kelompok referensi merupakan faktor yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseorang untuk memilih suatu produk. Konsumen juga dapat mempertimbangkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang berharga dan memberikan informasi kepada konsumen dalam
proses keputusan pembelian sayuran. Kelompok referensi ini memberikan pendapat berbagai
nilai dan kepercayaan mengenai manfaat dan jaminan keaslian sayuran yang akan dibeli.
Kelompok referensi mempunyai pengaruh langsung seperti keluarga, teman, tetangga, rekan
kerja ataupun kelompok dengan pengaruh tidak langsung seperti keagamaan, pekerjaan dan
perdagangan.
Pekerjaan seseorang juga sangat mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen dengan
tingkat pendapatan tinggi lebih memilih membeli sayuran di supermarket karena menjamin
kualitas, bersih dan aman.
Faktor usia dan tahap siklus hidup merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan
konsumen dalam proses pembelian sayuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen
terbanyak yang membeli sayuran merupakan ibu rumah tangga yang menginginkan kebersihan
dan kemanan bagi kesehatan keluarganya. Dalam hal ini umur dan tahap siklus hidup
berpengaruh pada pola konsumsi seseorang dalam keluarga.
Faktor peran dan status merupakan suatu kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang dan setiap peran memiliki status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok
sepanjang hidupnya berkeluarga,menunjukkan proporsi keragaman yang harus dipertahankan, ditentukan oleh
akumulasi proporsi yang diperhitungkan, yaitu lebih dari 70% (J. Supranto, 2004). Memiliki
nilai communality terbesar, merupakan actor dominan yang dipertimbangkan konsumen
dalam proses pembelian sayuran di pasar modern. Faktor tersebut adalah keadaan ekonomi,
kelompok referensi, pekerjaan, usia dan tahap siklus hidup, peran dan status.
Keadaan ekonomi merupakan faktor dominan teratas yang dipertimbangkan konsumen.
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk yang berkaitan erat dengan
pendapatan konsumen.
Kelompok referensi merupakan faktor yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseorang untuk memilih suatu produk. Konsumen juga dapat mempertimbangkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang berharga dan memberikan informasi kepada konsumen dalam
proses keputusan pembelian sayuran. Kelompok referensi ini memberikan pendapat berbagai
nilai dan kepercayaan mengenai manfaat dan jaminan keaslian sayuran yang akan dibeli.
Kelompok referensi mempunyai pengaruh langsung seperti keluarga, teman, tetangga, rekan
kerja ataupun kelompok dengan pengaruh tidak langsung seperti keagamaan, pekerjaan dan
perdagangan.
Pekerjaan seseorang juga sangat mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen dengan
tingkat pendapatan tinggi lebih memilih membeli sayuran di supermarket karena menjamin
kualitas, bersih dan aman.
Faktor usia dan tahap siklus hidup merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan
konsumen dalam proses pembelian sayuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen
terbanyak yang membeli sayuran merupakan ibu rumah tangga yang menginginkan kebersihan
dan kemanan bagi kesehatan keluarganya. Dalam hal ini umur dan tahap siklus hidup
berpengaruh pada pola konsumsi seseorang dalam keluarga.
Faktor peran dan status merupakan suatu kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang dan setiap peran memiliki status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok
sepanjang hidupnya berkeluarga, menunjukkan proporsi keragaman yang harus dipertahankan, ditentukan oleh
akumulasi proporsi yang diperhitungkan, yaitu lebih dari 70% (J. Supranto, 2004). Memiliki
nilai communality terbesar, merupakan actor dominan yang dipertimbangkan konsumen
dalam proses pembelian sayuran di pasar modern. Faktor tersebut adalah keadaan ekonomi,
kelompok referensi, pekerjaan, usia dan tahap siklus hidup, peran dan status.
Keadaan ekonomi merupakan faktor dominan teratas yang dipertimbangkan konsumen.
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk yang berkaitan erat dengan
pendapatan konsumen.
Kelompok referensi merupakan faktor yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseorang untuk memilih suatu produk. Konsumen juga dapat mempertimbangkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang berharga dan memberikan informasi kepada konsumen dalam
proses keputusan pembelian sayuran. Kelompok referensi ini memberikan pendapat berbagai
nilai dan kepercayaan mengenai manfaat dan jaminan keaslian sayuran yang akan dibeli.
Kelompok referensi mempunyai pengaruh langsung seperti keluarga, teman, tetangga, rekan
kerja ataupun kelompok dengan pengaruh tidak langsung seperti keagamaan, pekerjaan dan
perdagangan.
Pekerjaan seseorang juga sangat mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen dengan
tingkat pendapatan tinggi lebih memilih membeli sayuran di supermarket karena menjamin
kualitas, bersih dan aman.
Faktor usia dan tahap siklus hidup merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan
konsumen dalam proses pembelian sayuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen
terbanyak yang membeli sayuran merupakan ibu rumah tangga yang menginginkan kebersihan
dan kemanan bagi kesehatan keluarganya. Dalam hal ini umur dan tahap siklus hidup
berpengaruh pada pola konsumsi seseorang dalam keluarga.
Faktor peran dan status merupakan suatu kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang dan setiap peran memiliki status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok
sepanjang hidupnya berkeluarga, club, organisasi. Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat
dilihat dari peran dan statusnya.

4.4. Analisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi dalam proses pembelian

Hasil analisis faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis
menghasilkan output yang merupakan reduksi data. Dalam penelitian ini, terdapat 15 faktor
yang dimasukan dalam analisis faktor. Kemudian faktor-faktor tersebut di reduksi menjadi 4
faktor (komponen utama).
Pengelompokan faktor-faktor ke dalam komponen utama didasarkan pada angka mutlak
terbesar dari nilai korelasi (nilai loading) yang diberikan setiap faktor terhadap masing-masing 
komponen utama, yang diketahui dari Rotated Component Matrix. Berdasarkan matriks
tersebut, diketahui bahwa ada salah satu variabel yang tidak dapat dikelompokan kedalam
keempat komponen utama yang terbentuk. Salah satu variabel tersebut adalah variabel kultur
(X1) yang memiliki nilai korelasi di bawah cut off point 0,55 yang merupakan nilai pembatas
agar sebuah variabel dapat secara nyata termasuk sebuah faktor (Singgih Santoso, 2006).

4.4.1. Komponen utama pribadi

Komponen utama pribadi adalah pekerjaan. Pembelian sayuran di pasar modern dapat
ditunjang dengan pekerjaan responden yang memadai, sehingga pekerjaan menjadi variabel
yang dominan dipertimbangkan dalam berperilaku pembelian konsumen.
Komponen utama kedua yaitu peran dan status ternyata dapat mempengaruhi responden
dalam membeli sayuran di pasar modern yang dipengaruhi oleh suatu kedudukan atau posisi
dalam keluarga, kelompok dan organisasi.
Komponen ketiga adalah usia dan tahap siklus. Faktor ini menyatakan usia dan tahap
siklus hidup mempengaruhi perilaku karena sayuran yang dijual aman, bersih untuk dikonsumsi
bagi kesehatan. Semakin bertambah usia seseorang kondisi fisiknya akan semakin menurun
akan tetapi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan akan semakin meningkat.
Komponen keempat adalah pembelajaran. Konsumen memperoleh berbagai
pengalamannya dalam pembelian produk dan merek produk apa yang disukainya. Konsumen
akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalaman masa lalu. Dalam mengkonsumsi produk
pun konsumsi akan mempertimbangkan keuntungan dan manfaat yang bisa diperoleh, oleh
karena itu kualitas produk sangat menentukan apakah konsumen akan memberikan respon

4.4.2. Komponen utama sosial

Komponen utama sosial disusun oleh 4 variabel yaitu keluarga, gaya hidup, kelompok
referensi, demografi. Variabel pertama yaitu keluarga sangat mempengaruhi pembelian karena
dalam membeli suatu produk, anggota keluarga mempunyai keinginan yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena pola konsumsi keluarga yang berbeda dan harus melibatkan dukungan
anggota keluarga. Kedua, gaya hidup merupakan identitas kelompok, dimana gaya hidup
mengalamai perubahan dalam pembelian dari kebiasaan, selera dan perilaku pembelian. Hal ini
dapat dilihat dari pendapatan yang paling tinggi dan harga diri yang tinggi, sehingga mereka
membeli produk untuk mencapai yang terbaik dalam hidup. Ketiga, adalah adanya kelompok
referensi yang mendapat pengaruh dari teman, keluarga ataupun penjual dalam membeli sayuran
yang ada di pasar modern. Keempat, adalah demografi yang merupakan dasar paling mudah
untuk membuat segmen pasar. Salah satu alasannya adalah kebutuhan konsumen, keinginan dan
tingkat penggunaannya 

4.4.3. Komponen utama psikologi

Variabel kepribadian merupakan variabel pertama dan merupakan pola perilaku yang
konsisten dan bertahan lama. Variabel ini bersifat lebih dalam daripada gaya hidup, sehingga
variabel kepribadian sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Persepsi adalah
variabel kedua dan ternyata konsumen cenderung untuk membentuk citra produk yang
didasarkan pada inferensi mereka yang diperoleh dari pemasaran dan lingkungan. Persepsi dapat
dilihat dari pengenalan atas objek, jelas, gerakan, intensitas, dan aroma yang merupakan
petunjuk yang mempengaruhinya. Motivasi adalah variabel ketiga dan sebagian besar
responden menyatakan bahwa mereka memiliki motivasi yang relatif kuat untuk mengkonsumsi
sayuran organik yang terdapat di pasar modern. Motivasi ini dirasakan konsumen yang sadar
akan kesehatan dan kebersihan terhadap sayuran. Keyakinan adalah variabel keempat. Melalui
belajar dan bertindak, orang akan mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan yang ada
dalam pikiran orang-orang tentang produk dan jasa mereka, sehingga membentuk citra produk
dan merek dan orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut

4.4.4. Komponen utama budaya

Variabel pertama adalah keadaan ekonomi. Dalam pemilihan produk sangat dipengaruhi
oleh keadaan ekonomi yang dilihat dari pendapatan. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan
yang dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), pemasaran barang-barang yang peka
terhadap harga harus terus memperhatikan tren penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat
bunga. Variabel kedua merupakan kelas sosial. hal ini mencerminkan penghasilan atau
pendapatan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal Motivasi merupakan alasan pertama kali yang mendorong responden tertarik untuk
membeli sayuran di pasar modern karena lebih nyaman, bersih, dan sebagian responden tidak
hanya berbelanja sayuran, tetapi barang lainnya.
Persepsi merupakan penilaian konsumen yang dilakukan konsumen sebelum membeli
sayuran yang dilihat dari harga, kualitas, kebersihan dan kesegaran yang membuat
pertimbangan nilai yang terbaik sehingga konsumen memiliki criteria dalam menilai pilihan
yang akan dibeli.
Keyakinan merupakan suatu pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Bahwa
keyakinan yang ada dalam pikiran orang tentang suatu produk dan jasa yang dimiliki seseorang
akan membentuk suatu citra produk dan merek, dimana akan membentuk sikap seseorang yang
berupa suatu pola yang konsisten untuk berubah.
Keadaan ekonomi konsumen dengan tingkat pendapatan tinggi lebih memilih tempat
berbelanja yang lebih baik untuk mendapatkan sayuran yang berkualitas baik. Harga adalah
atribut yang dipertimbangkan konsumen karena berkaitan dengan pendapatan sehingga
memiliki daya beli yang cukup tinggi.
Kepribadian merupakan salah satu faktor penting yang berupa kebiasaan masingmasing
individu yang memiliki pendirian bahwa sayuran di pasar modern memiliki jaminan
kualitas, rasa nyaman dalam berbelanja dan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen.

Kesimpulan
1. Karakteristik konsumen dalam membeli produk sayuran mayoritas responden (89%)
adalah wanita, yang berusia antara 26035 tahun (41%) yang berstatus pernikahan telah
menikah (73%), pada umumnya berpendidikan Sarjana dan Diploma (75%), yang
berperan sebagai ibu rumah tangga (43%), yang memiliki pendapatan perbulan antara Rp
2.000.000 – Rp 3.000.000 (46%), dengan jumlah anggota keluarga 1-4 orang (67%).
2. Dalam perilaku berbelanja sayuran di pasar modern menunjukkan bahwa jenis sayuran
yang diinginkan/diminati konsumen yang masuk dalam lima besar ini adalah bayam
hijau, brokoli, wortel, jagung manis, dan sawi putih. Frekuensi berbelanja konsumen
dilakukan sesekali bilamana ada keperluan (45%) dengan jumlah pengeluaran setiap kali
membeli sayuran antara RP 25.000 – Rp 50.000 (37%) responden.
3. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan dalam proses
pembelian sayuran adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor
psikologi. Variabel-variabel dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan
konsumen dalam proses pembelian adalah keluarga, kelompok referensi, usia dan tahap
siklus hidup, pekerjaan, pembelajaran, peran dan status, kepribadian, motivasi, persepsi,
demografi, gaya hidup, kelas social, keadaan ekonomi dan keyakinan.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar